Senin, 28 Mei 2012

Perkembangan Islam di Amerika Serikat Setelah Tragedi 11 September


Peristiwa serangan 11 September 2001 ke menara kembar World Trade Center (WTC) dan Pentagon telah membawa perubahan besar dalam kehidupan beragama di Amerika Serikat, khususnya kaum Muslim di sana.

Usai serangan itu, berbagai tudingan dilontarkan kepada Islam dan umatnya. Banyak serangan yang terjadi tehadap Muslim Amerika setelah kejadian itu walaupun terbatas pada kelompok minoritas kecil.

Menurut survei yang dilakukan pada 2007, sekitar 53 persen Muslim Amerika menganggap bahwa lebih sulit menjadi seorang Muslim di Negeri Paman Sam setelah serangan itu. Wanita Muslim yang menggunakan hijab atau jilbab diganggu sehingga beberapa wanita Muslim lebih memilih untuk tinggal di rumah. Sedangkan, yang lainnya, untuk sementara, meninggalkan aktivitas mereka di tempat kerja.

Namun, menurut Imam Masjid Islamic Center New York, M Syamsi Ali, ada kecenderungan positif warga Amerika sesudah perstiwa September kelabu itu. Sebelum 9/11, mereka acuh tak acuh terhadap agama. ”Jangankan terhadap Islam, terhadap agama kelahiran mereka saja mereka acuhkan. Gereja-gereja kosong. Agama tidak lebih perayaan-perayaan sosial semata, seperti Natal dan lain-lain. Sebaliknya, anak-anak muda mereka semakin antiagama yang dianggap kuno dan menjadi faktor keterbelakangan dan kebodohan,” paparnya kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Imam Masjid Islamic center New York 
Sebelum peristiwa 9/11, lanjut dia, Islam juga tidak terlalu menjadi sorotan. Mayoritas masyarakat tidak tahu apa atau belum pernah mendengar kata Islam itu sendiri. Media-media massa tidak terlalu banyak menyebut Islam, kecuali jika ada hal-hal sensitif yang terjadi di belahan dunia lainnya.

Setelah 9/11, semua ini berubah. Keinginan untuk tahu Islam, ungkap Syamsi, menjadi sangat menonjol, bahkan referensi Islam menjadi jualan paling laris di seantero Amerika Utara. Berbagai kalangan pun berminat untuk mendengarkan secara langsung apa itu Islam dari gereja-gereja, sinagog, ataupun perkantoran-perkantoran swasta, bahkan pemerintahan. ”Maka, dengan sendirinya, para imam memiliki akses lebih luas untuk memperkenalkan Islam kepada publik Amerika,” ujarnya.

Kondisi tersebut, menurut Mohammad Kudaimi, anggota Nawawi Foundation (sebuah lembaga pendidikan yang berbasis di Chicago–Red), membuat umat Islam terus bertambah banyak di Amerika Serikat setelah peristiwa 9/11. ”Alhamdulillah, kondisi umat Islam di Amerika Serikat baik-baik saja. Umat Islam terus bertambah banyak di Amerika Serikat, baik sebelum maupun setelah peristiwa 11 September,” kata dia kepada Republika di sela-sela kunjungannya ke Indonesia pada awal Juli 2007 lalu.

Bagi Kudaimi, sulit untuk memahami fenomena kontradiktif ini. Logikanya, setelah terjadinya peristiwa 11 September lalu, umat Islam banyak merasa tertekan akibat adanya tudingan macam-macam yang menyudutkan mereka. Maka, mereka akan takut masuk Islam. “Tapi, faktanya tidak demikian,” tukasnya.

Pesatnya perkembangan Islam di AS itu diakui oleh Dr Umar Faruq Abdullah, ketua Nawawi Foundation. Saat ini, tak kurang dari tujuh juta warga AS yang memeluk agama Islam. Bahkan, lembaganya turut membantu para mualaf mengikrarkan syahadat dan membantu mereka memahami Islam dengan lebih baik. ”Agama Islam terus berkembang di Amerika Serikat dan tetap survive,” kata Umar.

Umar mengungkapkan, dengan keutamaan dan kelebihannya sendiri, Islam berkembang di wilayah Amerika Serikat. ”Bahkan, hingga umat Islam dalam kondisi yang teramat buruk, tapi semata-mata karena keutamaan dan kelebihan Islam, Islam pun berkembang di Amerika."



Referensi:

2 komentar:

  1. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya (Q.S As Syaff 8 )

    BalasHapus

Pengunjung